1.
Sewaktu saya TK, Gena Anneliese adalah sahabat pertama saya. Saya tidak ingat bagaimana kami berdua bisa berkenalan ataupun berteman baik. Tiga tahun di TK kami selalu bersama. Ia merupakan sosok yang sangat baik kepada saya; ia selalu berusaha memenuhi permintaan saya untuk menemani saya sebelum ia pulang sekolah. Kami berdua dulu merupakan dua orang dengan style yang bertentangan, seolah terkesan tidak klop; ia tomboy dan saya girly. Meski begitu, itu tidak membuat kami untuk tidak bersatu. Dulu juga kami bagai air dan api--jika Gena disulut emosi, saya berusaha untuk menenangkannya agar ia tidak 'cari ribut'. Gena dulu juga kerap melindungi saya dan selalu meyakinkan saya bahwa apa yang ia lakukan itu benar--walau pernah pada akhirnya kami malah mendapat semprotan dari guru kami, hihi. Bagaimanapun, meski acap kali saya merasa kesal ataupun bertengkar dengannya, rasa sayang saya terhadap sahabat saya itu mampu mengalahkan rasa kesal saya padanya. Saya merasa sangat beruntung dan senang dapat mengenal Gena--itu semua sangat berkesan, seolah ia lebih 'menghidupi' hari-hari saya di TK. Berbagai kenangan kami lewati bersama. Dan kini, kurang lebih delapan tahun, kami berdua benar-benar misscontact. Suatu hari, secepatnya, saya berharap kami berdua dapat bertemu lagi.
2.
Masih di jenjang pendidikan yang sama, Kak Alma, begitu saya memanggilnya, adalah kakak kelas pertama saya yang juga merangkap sebagai sahabat saya. Kami dapat berkenalan dan berteman karena kami dulu sama-sama ikut baby care (semacam fasilitas TK saya di mana anak-anak dirawat (mandi, tidur siang, makan) dan ditinggal di sekolah dulu sebelum orang tua menjemput di sore hari). Setiap sore kami selalu bermain bersama di taman bermain sekolah. Meski kami tidak begitu lengket, seperti saya dan Gena, Kak Alma sangat, sangat baik kepada saya. Sempat setahun kami misscontact. Namun kemudian, ketika saya kelas satu SD, saat itu saya tengah dirawat di rumah sakit karena mengidap DBD, kami bertemu lagi; Kak Alma dan ibunya menjenguk saya. Saya ingat betapa senangnya saya dulu mendapati Kak Alma menjenguk saya. Namun sayang, kurang lebih sembilan tahun, sekarang kami berdua juga misscontact. Saya memang berharap untuk bertemu Kak Alma lagi, namun, setelah saya pikir lagi sepertinya itu tidak mungkin--karena saya benar-benar tidak tahu siapa nama lengkap Kak Alma dan berapa nomor teleponnya. Miris dan sedih untuk saya mendapati kenyataan itu. Bagaimanapun, saya berterima kasih sekali kepada Kak Alma, kakak kelas saya pertama yang telah bersedia menjadi sahabat saya, memberikan saya kenangan berharga dari masa kecil saya. Saya akan selalu mengingat sosoknya, dan berharap kelak ia menjadi orang yang sukses.
3.
Saya tidak mengenalnya, begitupula dengannya. Saya tahu namanya dan sosoknya, namun sayang, tidak untuknya--ia tidak tahu sosok dan nama saya. Annafi Avicenna Fikri namanya. Ia adalah alumnus dari SD dan SMP saya dan juga teman dari kakak saya. Kami tidak pernah berkenalan. Namun saya tahu bagaimana hebatnya sosok Kak Cenna--dari akun media sosialnya dan cerita-cerita mengenai dirinya yang saya dapat dari kakak saya. Sempat dua atau tiga tahun yang lalu saya mengucap selamat ulang tahun kepadanya di fac*b**k, tapi sayang saya tidak ingat apakah ia membalas ucapan saya atau tidak. Menurut saya, tidak dalam artian 'suka' atau semacamnya, Kak Cenna merupakan orang yang saaaaaangat 'keren' (dan diam-diam ia menjadi, uh, idola saya dalam bidang pendidikan/?). Ia keren karena selalu berprestasi selama ia bersekolah. Ia keren karena ia mengikuti pertukaran pelajar di Amerika Serikat, mampu bertahan di sana sampai setahun walau ia ditempatkan di SMA Katolik di sana, mengingat bahwa ia sendiri adalah seorang muslim, dan mampu memberikan kesan amat baik dan merindukan dari kerabat dan teman-temannya dari Amerika sana. Mengetahui sosok hebat dan membanggakannya sungguh memberi saya inspirasi. Membuat saya ingin menjadi sosok yang hebat sepertinya, mampu mengepakkan sayap saya ke dunia luar sana untuk menimba ilmu, memajukan bangsa ini. Walau hanya tahu sosoknya, Kak Cenna akan selalu menjadi sosok 'terdekat' sebagai inspirasi saya. Saya pun berharap kelak ia (dan saya juga) menjadi orang yang mampu memberikan kemajuan besar pada bangsa ini. Aaamiin.
0 Response to " Interaksi Sosial yg Berkesan - Chyntia A R XD "
Post a Comment